NGENTOT DENGAN MAHASISWI CANTIK
NGENTOT DENGAN MAHASISWI CANTIK
Related Posts
Cerita Sex : Nafsu Mahasiswi
Cantik
Cerita Sex : Bispak Mahasiswi Cantik
Cerita Sex : Mahasiswi Nakal
Cerita Sex : Mahasiswi Haus Sex
Cerita Sex : Mahasiswi Jual
Diri
Cerita Sex : Mahasiswi Butuh
Uang
Ngentot dengan Mahasiswi
Cantik – Cerita
Seks Terbaru 2017 Kumpulan Cerita Seks Terbaru 2017, Cerita
Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Panas, Cerita Sex Paling Hot. Nama
saya Dino. Saya mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama di Surabaya. Saya
adalah anak kembar (tetapi bukan kembar identik). Saudara kembar saya bernama
Doni, dan dia juga kuliah di tempat yang sama dengan saya.
Sebelum kuliah di Surabaya, Doni kuliah di perguruan
tinggi di Jakarta. Di sana, ia mempunyai seorang pacar bernama Windy. Setelah
setahun kuliah di Jakarta, Doni dan Windy tidak betah, dan akhirnya mereka
berdua pindah ke Surabaya (di universitas & fakultas yang sama).
Ketika pertama kali saya bertemu dengan Windy, saya
terpana dengan parasnya yang cantik. Saya merasa Doni sangat beruntung
mendapatkan pacar seorang gadis yang cantik seperti Windy. Memang, Doni
bercerita bahwa Windy merupakan rebutan cowok-cowok di kampusnya (baik di
Jakarta maupun Surabaya). Ketika bersalaman dengannya, saya tidak dapat
melepaskan pandangan dari wajahnya yang sangat cantik dan imut itu.
Setelah perkenalan pertama dengan Windy, dia selalu
terbayang dalam pikiranku. Apalagi Windy sering main ke rumah kami (o iya, saya
dan Doni tinggal berdua di sebuah rumah di Surabaya). Setiap Windy datang ke
rumah, saya pasti merasa deg-degan. Seakan-akan Windy adalah pacar saya sendiri
(apa karena Doni dan saya kembar, jadi saya merasakan hal ini ya?).
Kadang-kadang, Doni & Windy suka berduaan di kamar Doni, dan saya sering
mendengar mereka cekikikan berdua di kamar. Saya jadi merasa iri dengan Doni.
Saya belum pernah punya pacar sejak dulu. Memang dibanding Doni, saya anaknya
agak lebih pendiam. Saya tetap punya teman-teman cewek, tapi bukan pacar.
Suatu kali, Doni sedang pergi keluar kota bersama
teman-temannya untuk beberapa minggu (hampir sebulan kalau tidak salah). Windy
tetap di Surabaya, karena dia mengambil semester pendek. Saya sempat merasa agak
kesepian juga di rumah, karena saya hanya sendirian saja. Apalagi kalau Doni
tidak di sini, berarti Windy juga nggak akan datang ke rumah saya kan?
Nah, pada suatu siang di rumah, tiba-tiba saya seperti
mendengar suara motor Windy dari kejauhan. “Ah, aku pasti terlalu merindukan
kehadiran Windy”, pikirku, sampai suara motor lewat pun saya sangka suara motor
Windy.
Eh, ternyata suara motor itu memang menuju ke rumahku,
and guess what, itu memang Windy! Dia mengenakan kaos ketat berwarna
oranye-biru, dan celana jeans ngatung yang juga ketat. Sunggu menggairahkan
sekali penampilannya saat itu. Saya gembira campur bingung, kenapa Windy datang
ke sini, padahal Doni kan lagi pergi?
“Halo Dino.. Sendirian aja ya di rumah? Kasian,
ditinggal Doni sendirian. Pasti sepi ya?”, kata Windy sambil menuntun motornya
masuk.
“Iya nih Win, sendirian terus tiap hari. Kamu tumben
dateng ke sini? Ada angin apa Win?”
“Ini No, aku mau ngambil catetanku yang dulu dipinjem
Doni. Soalnya ada perlu buat semester pendek.”
“Ooo.. kalo gitu masuk aja Win. Aku kurang tau di mana
Doni nyimpen catetanmu. Liat aja di kamarnya.”, jawabku lagi.
Windy pun masuk ke kamar Doni dan mencari catetannya
di laci meja komputer Doni. Sepertinya dia memang sudah tau kalau Doni
menyimpannya di sana. Untuk membuka laci itu, dia mesti agak membungkuk. Ketika
membungkuk, bagian belakang baju kaosnya agak terangkat, dan tampaklah olehku
punggungnya yang putih mulus. Wahh.. walaupun hanya sedikit yang tampak, tapi
itu sudah membuat pikiranku melayang dan otomatis penisku pun ikut berdiri.
“Udah dapet nih No, catetannya.”, kata Windy kepadaku.
“Oh, di sana ternyata dia simpen ya? Oke deh. Itu aja
yang perlu Win?”, kataku dengan agak sedikit kecewa, karena kalau memang hanya
itu tujuan dia ke sini, berarti dia udah mau balik dong..?
“Iya, ini aja. Aku pulang dulu deh ya No.”
Yaahh.., sebentar banget aku sempat ketemu dengan
Windy, pikirku.:((Kemudian Windy keluar menuju motornya. Di depan motornya aku
melihat dia menggantungkan sebuah tas yang agak besar.
“Bawa apaan tuh Win?”, tanyaku sama Windy.
“Oh, ini? Sebenarnya setelah ini aku bukan mau pulang
sih. Aku rencananya mau ke tempat temenku. Numpang mandi. Abis, air di kosku
lagi habis. Sumurnya kering No. Wah, jadi ketauan deh kalo aku belum mandi
nih.. Jadi malu..”, kata Windy dengan agak malu-malu.
Wah.., kesempatan nih!
“Kenapa nggak mandi di sini aja Win? Airnya banyak kok
di sini. Daripada repot-repot ke tempat temenmu lagi. Gimana? Mau?”, cecarku
dengan penuh semangat (campur nafsu:)
“Mmm.., nggak apa-apa nih No?”, tanya Windy agak ragu.
“Nggak apa-apa kok. Bener. Suwer. Samber geledek.”,
jawabku dengan sedikit bercanda.
“Ya oke deh kalo gitu. Aku numpang mandi ya..”
Yess.. Akhirnya aku punya kesempatan untuk bersama
Windy lebih lama lagi.. Windy langsung masuk lagi menuju kamar mandi. Aku hanya
dapat membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar mandi itu. Aku membayangkan
Windy membuka baju ketatnya, dan melepaskan celana jeansnya. Aku membayangkan
bagaimana tubuh seksi Windy hanya berbalutkan BH dan celana dalam saja. Hhhmm..
penisku langsung tegang dengan sendirinya tanpa perlu kusentuh. Sedang
enak-enak melamun, tiba-tiba pintu kamar mandi Windy terbuka. Oh, ternyata
Windy masih mengenakan pakaiannya, tidak seperti dalam bayanganku.
“Dino, aku bisa pinjem handuk nggak? Aku lupa bawa
nih. Sori ya ngerepotin.”
“Oh, nggak apa-apa. Ntar ku ambilin.”
Ketika aku memberikan handukku kepada Windy, terlihat
tali BH Windy yang berwarna hitam di bahunya. Walaupun itu hanya seutas tali BH
di bahu, tapi itu sudah cukup untuk membuatku berimajinasi yang bukan-bukan
tentang Windy.
“Makasih ya Dino..”, wah, suaranya benar-benar bisa
membuatku terbang ke langit ketujuh..
“eh, iya..”, jawabku.
Lalu Windy masuk kembali ke kamar mandi. Tak lama
kemudian sudah terdengar suara cebyar-cebyur air. Aku tak dapat berhenti
membayangkan tubuh Windy yang telanjang.. Kulitnya pasti mulus.., putih.., dan
badannya sangat seksi sekali.. mmhh.. aku tak kuasa untuk menahan nafsuku.. Aku
masuk ke kamar, dan masuk ke kamar mandiku (letaknya tepat di sebelah kamar
mandi tamu tempat Windy mandi).
Di dalam kamar mandi, aku langsung melepaskan seluruh
pakaianku dan mengambil sabun untuk onani. Aku memegang penisku yang sudah
sangat tegang (rasanya belum pernah “dia” sebesar ini.Bayangan akan Windy
benar-benar telah membuatnya sangat keras..). Dengan sedikit sabun, aku mulai
meremas-remas penisku, dan pelan-pelan mulai mengocoknya maju-mundur.. mm.. aku
membayangkan ini adalah tangan Windy yang mengocok penisku.. oohh Windy.. andaikan
kamu mau mandi bersamaku di sini.. hhmm.. Imajinasiku telah melayang ke
mana-mana. Sedang asyik-asyiknya onani, tiba-tiba pintu kamar mandiku diketuk
dari luar.
“Dino.. Kamu lagi mandi ya? Sori mengganggu lagi. Kamu
ada sabun cuci muka nggak? Aku lupa bawa tadi..”, terdengar suara Windy
memanggil.
Aku kaget! Wah, mana udah mau klimaks, eh Windy ngetuk
pintu. Buyar deh imajinasiku yang sudah kubangun dari tadi. Wah, pasti Windy
sudah pakai baju lengkap lagi seperti tadi, tidak telanjang seperti dalam bayanganku.
Tapi nggak apa-apa deh, kan aku bisa ngeliat Windy lagi jadinya. Aku lingkarkan
handuk di pinggangku untuk menutupi penisku yang tegang, lalu aku ambilkan
sabun cuci mukaku untuk Windy.
“Ini Win, sabun cuci mukanya”, kataku sambil membuka
pintu.
Wahh.. ternyata Windy hanya mengenakan handukku yang
kuberikan tadi, bukannya berpakaian lengkap! Rejeki lagi nih! Dengan balutan
handukku yang tidak terlalu lebar itu, tampak kulitnya yang benar-benar putih
mulus. Handukku hanya menutupi dari dadanya sampai sekitar 15 cm di atas
lututnya. Tampak olehku pahanya yang begitu indah. Rambutnya yang basah juga
memberi efek yang membuatnya semakin kelihatan seksi.. Tanpa bisa dibendung,
penisku menjadi semakin tegang lagi..
“Makasih Dino.. Wah, bener-bener sori ya, jadi
ngeganggu mandimu..”, kata Windy lagi.
“Ehm.., nggak apa-apa kok Win.”, jawabku terbata-bata
karena nggak kuat menahan nafsuku..
Tanpa kusadari, penisku semakin menyembul dan membuat
handukku hampir copot. Jarakku dengan Windy waktu itu sangat dekat, sehingga
penisku yang sudah berdiri itu menyentuh bagian perut Windy (penisku dan perut
Windy sama-sama masih tertutupi handuk). Windy kaget, karena ada sesuatu yang
menekan perutnya.
“Eh, aku mandi lagi ya No.”, kata Windy buru-buru
dengan muka yang memerah. Sepertinya dia malu campur bingung.
“Mmm, iya.., aku juga mau mandi lagi”, jawabku juga
dengan penuh malu.
Windypun kembali ke kamar mandinya, dan aku juga masuk
lagi ke kamar mandiku.
Di dalam kamar mandi aku berpikir, apa kira-kira
tanggapan Windy atas kejadian tadi ya? Apa dia akan lapor ke Doni kalau aku
berbuat kurang ajar? Apa dia marah sama aku? Atau apa? Aku jadi takut.. Setelah
termenung beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan apa yang
kukerjakan tadi. Masalah nanti ya urusan belakangan. Baru saja aku mau mulai
untuk onani lagi, pintu kamar mandiku diketuk lagi.
“Dino.., sori mengganggu lagi. Aku ada perlu lagi
nih”, kata Windy dari luar.
“oh iya, bentar..”
Sekarang aku pakai CD & celana pendekku. Aku nggak
mau terulang lagi kejadian memalukan tadi. Aku keluar dari kamar mandi.
“Ada apa Win? Apa lagi yang ketinggalan? Mau pinjem
CD?”, candaku pada Windy.
“Ah, kamu ada-ada aja.”, kata Windy sambil tertawa.
Hhh.., manis sekali senyumannya itu..
Btw, dia masih mengenakan handuk seperti tadi.
Seksi..!
“Gini No.. Waktu aku minjem sabun cuci muka tadi, aku
tau kalo kamu sempat.. mm.. apa
ya istilahnya? Terangsang?”, kata Windy.
ya istilahnya? Terangsang?”, kata Windy.
“Hah? Apa? Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti?”,
tanyaku pura-pura bego.
“Nggak apa-apa kok No. Nggak usah malu. Kuakui, aku
tadi juga sempat membayangkan
“itu” mu waktu aku masuk kamar mandi lagi.
Aku bahkan hampir saja mau.. mm.. masturbasi sambil
mbayangin kamu. Tapi kupikir, ngapain pake tangan sendiri, kalo “barang”nya ada
di sebelah?”, jawab Windy.
“Hhhaahh? Apa maksudmu Win? Aku jadi makin bingung?
Aku nggak”
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Windy sudah meraba penisku dari luar celana pendekku.
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Windy sudah meraba penisku dari luar celana pendekku.
“Ini yang kumaksud, Dino! Burungmu yang tegang ini!
Aku menginginkannya!”, kata Windy sambil terus meraba-raba dan meremas penisku.
“hhmm.., Windy.. kamu..”
“Dino.. Walaupun aku pacarnya Doni, kamu nggak usah
malu begitu. Sejak bertemu denganmu di Djokdja ini, aku selalu membayangkanmu
dalam setiap fantasi seksku.
Bukannya aku nggak cinta Doni. Tapi dengan
membayangkan sesuatu yang “tabu”, biasanya aku selalu menjadi begitu
terangsang, dan selalu kuakhiri dengan masturbasi sambil membayangkan bercinta
dengan saudara kembar pacarku sendiri.
Dino.. saat ini sudah lama kutunggu-tunggu. Aku selalu
membayangkan bagaimana rasanya mengulum burungmu dalam mulutku. Bagaimana
rasanya memainkan burungmu dalam vaginaku.. hhmm.. You’re always on my fantasy,
Dino..”, cerocos Windy sambil semakin kuat meremas penisku (masih dari luar
celana pendekku).
“Ohh.., oohhmm.., Windy.. Aku.., juga.. selalu
membayangkanmu dalam setiap onaniku.
Aku nggak tahan melihat kecantikan dan keseksianmu,
sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Aku cemburu dengan Doni. Aku selalu
membayangkan tubuhmu yang putih, halus, lembut, dan seksi ini.. Aku
menginginkanmu Windy..”, jawabku sambil meraba bahu dan tangannya yang begitu
halus dan lembut.
Kemudian tanpa berpikir lagi, aku raih rambutnya dan
kutarik mukanya ke mukaku, dan kucium Windy dengan buas. Kulumat bibirnya yang
merah dan mungil itu. Inilah pengalaman pertamaku mencium wanita. Rasanya
benar-benar nikmat sekali. Apalagi tangannya masih terus meremas penisku yang
sudah berdenyut-denyut dari tadi.
“Hmmpp.., mmhhmmhh..”, Windy juga membalas ciumanku
dengan lumatan bibirnya dan lidahnya bermain-main di dalam mulutku.
Aku terus menghisap bibir & lidahnya, dan tanganku
mulai meraba payudaranya yang masih tertutup handuk. Payudaranya cukup besar.
Belakangan kuketahui ukurannya 34B. Terasa putingnya yang mengeras dari balik
handuk.
“Ohh.. Dino.. remas susuku! Remas, Dino.. Ohhmmhh..”,
desah Dino di telingaku, semakin membuatku bernafsu.. Tanpa pikir panjang, langsung kulepaskan handuk Windy, sehingga tampaklah di depan mataku keindahan tubuh telanjang
desah Dino di telingaku, semakin membuatku bernafsu.. Tanpa pikir panjang, langsung kulepaskan handuk Windy, sehingga tampaklah di depan mataku keindahan tubuh telanjang
Windy yang selama ini hanya ada dalam fantasiku.
“Windy.. kamu sunguh-sungguh cantik.. Aku
menginginkanmu..”.
Aku pun langsung menerkamnya dan tanpa membuang waktu
langsung kuhisap payudaranya yang bulat & padat itu. Sebelumnya aku hanya
dapat membayangkan betapa indahnya payudara Windy yang sering mengenakan kaos
ketat itu. Bahkan pernah sekali dia mengenakan kaos ketat tanpa BH, sehingga
tampak samar-samar putingnya yang merah olehku waktu itu.
“Dino.. Mmmhhmm.. Kamu benar-benar hebat Dino.. Bahkan
Doni tidak pernah bisa membuatku jadi gila seperti ini.. Ooohh.. hisap putingku
Dino. Jilat.. hhmm..” jerit Windy yang sudah benar-benar penuh nafsu birahi
itu.
Aku terus menjilati dan menghisap payudaranya, dan
sekali-sekali kugigit karena gemas, sehingga payudaranya menjadi merah-merah.
Tapi Windy tidak marah, malah sepertinya ia sangat menikmati permainan mulutku.
Bosan bersikap pasif, Windy pun melepaskan celana
pendekku dengan penuh nafsu, sehingga tampaklah olehnya penisku yang sudah
berdiri tegak hingga keluar dari pinggang celana dalamku.
“Besar sekali burungmu Dino! Wow.. Lebih besar dari
pacarku yang dulu. Bahkan lebih besar dari punya Doni! Kukira punya sudah yang
terbesar yang ada!”, puji Windy dengan mata berbinar ketika melihat penisku.
Windy menarik CDku hingga lepas, berlutut di depan penisku
dan langsung menjilati telorku yang penuh bulu itu.
“Aahhmm.. enak sekali Windy..! mmhhmm.. Kamu memang
hebat sekali..”,
aku meracau kenikmatan sambil terus membelai rambutnya yang indah.
aku meracau kenikmatan sambil terus membelai rambutnya yang indah.
“oohhmm.. aku suka sekali burungmu Dino.. besar,
panjang, dan hitam.. oohhoohhmm..”,
Windy memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil, dan
menghisapnya dengan kuat.
“Ahh.., Windy.. AAhhmmhh..”,
aku benar-benar dalam puncak kenikmatan yang belum
pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan onani hanyalah sepersekian dari kenikmatan
dihisap dan dijilat oleh mulut dan lidah Windy yang sedang mengulum penisku
ini.
Windy dangan penuh semangat terus menghisap penisku,
dan karena ia memaju mundurkan kepala & badannya dengan kencang, tampak
olehku payudaranya bergoyang-goyang kesana kemari.
Ketika aku hampir mencapai klimaks, langsung kutarik
penisku dari mulutnya, dan kupeluk Windy erat-erat sambil menjilati &
menciumi seluruh mukanya. Mulai dari keningnya, matanya, hidungnya yang
mancung, pipinya, telinganya, lehernya, dagunya, dan kuteruskan ke bawah sampai
akhirnya seluruh tubuhnya basah oleh air liurku dan di beberapa tempat bahkan
sampai merah-merah karena hisapan dan gigitan gemasku. Windy benar-benar
menikmati perlakuanku terhadap tubuhnya, terutama ketika aku menjilati dan
menghisap daun telinganya. Dia benar-benar merinding ketika itu.
“oohh Dino.., kamu hebat sekali.. Belum pernah ada
sebelumnya yang bisa membuatku orgasme tanpa perlu menyentuh vaginaku. Ohhmm..
you’re the greatest..!”, kata Windy lagi.
Setelah beristirahat sejenak, aku mulai menjilati vagina Windy.
Setelah beristirahat sejenak, aku mulai menjilati vagina Windy.
“Dinoo.. nikmat sekali.. kamu hebat sekali memainkan
lidahmu.. mmhhmm.. aahhgghh..”, Windy benar-benar menikmati permainan lidahku
yang mengobok-obok vaginanya dengan buas.
“Windy.., boleh aku memasukkan penisku ke dalam” belum
selesai kata-kataku, Windy langsung memotong.
“Nggak usah minta ijin segala, masukin burungmu yang
gede itu ke vaginaku cepat, Dino!”, potong Windy sambil memegang penisku dan
mengarahkannya ke lobang vaginanya.
“Ahh.. sempit sekali Windy.. Mmmgghh..”, vaginanya
benar-benar menjepit penisku dengan kencang sekali, sehingga sensasi yang
kurasakan menjadi benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata. Pokoknya enak
banget!!
“Ooohh Dino.. burungmu besar sekali!! HHhhmmhh..
aahh.. nikmat sekali Dino!”
Perlahan-lahan, aku pun mulai menggoyangkan pantatku
sehingga penisku yang gede dan hitam mulai mengocok-ngocok vaginanya. Windy pun
juga menggoyangkan pantatnya yang putih mulus itu sehingga makin lama goyangan kami
menjadi semakin cepat dan buas.
“Diinoo.. hh.. hh.. hh.. aku suka burungmu! mmhh..
lebih cepat, cepat.. keras.. aku.. hhoohhmmhh..”,
racauan Windy makin lama makin tidak jelas.
“Aku hhaammpir keluuaar.. Winddyy.. hhmmhh..”,
campuran antara goyangan, desahan, dan tampang Windy
yang benar-benar seksi, merangsang, dan penuh keringat itu membuatku nggak
tahan lagi.
“Keluarkan di dalam saja, Dino.. Aku jugaa.. mauu..
sampai.. hh..”.
“AAHHMMHH.. AARRGGHH.. OOHHMMHH.. NIKMAAT SEKAALLII..
AAHHMMHH..!!” kami berdua mencapai klimaks pada saat yang bersamaan.
Setelah permainan yang dahsyat itu, kami sama-sama
terlelap di kamarku.
Sewaktu terbangun ternyata hari sudah malam. Windy
langsung pulang karena takut kos-kosannya sudah dikunci kalau kemalaman. Tapi
kami berjanji untuk bertemu lagi esok hari, karena kami berdua masih ingin
melanjutkan hubungan yang
“tabu” ini. Kami sama-sama menikmatinya. HHmm..
Comments
Post a Comment